Laman

Sabtu, 04 April 2015

Anak dari 5 Negara

Prolog

Charles de Gaulle International Airport, Paris, France. January 1st 2017.

Elise berjalan menuju tempat pemberangkatan Perancis-Indonesia. Di depannya ada seorang laki-laki tua membawa dua koper besar. Dia adalah ayah Elise. Sampai di tempat pemberangkatan, Elise diperiksa keamanannya. Selesai diperiksa, Elise dan ayahnya naik ke pesawat dan duduk bersampingan. Elise menghela nafas sambil melihat ke jendela pesawat. Ia tidak sedih, tidak juga senang. Kemudian ia memasang earphone di telinganya.

***

Fiumicino International Airport, Rome, Italy. January 1st 2017.
Mona berjalan bersama Ibunya ke pesawat pemberangkatan Italia-Indonesia. Mona menggendong ransel besarnya. Ia hanya terdiam sesampainya di dalam pesawat. Mona hanya memandang televisi kecil di depannya. Terlihat dari raut wajahnya, Mona sedih meninggalkan negara asalnya, Italia.

***

Tullamarine International Airport, Melbourne, Australia. January 2nd 2017.

Sherlyn menunduk sambil mengikuti Ibunya ketempat pemberangkatan Australia-Indonesia. Ia menunduk bukan karena sedih, tetapi fokus kepada layar handphone-nya. Ia memanfaatkan waktu untuk mengirim pesan perpisahan kepada teman-temannya. Sambil membawa koper kecil, ia masuk ke pesawat dan berhenti memainkan handphone. Setelah itu Sherlyn melipat kedua tangannya dan tertidur.

***

Incheon International Airport, Seoul, South Korea. January 2nd 2017.

Sooyeon membawa dua koper besar yang sangat berat dengan kesusahan, begitu pula Ayah, Ibu, dan adiknya yang bernama Sujeong. Masing-masing dari mereka membawa dua koper. Sesampainya di pesawat, Sooyeon meletakkan kopernya di bagasi lalu duduk di bangku pesawat. Ia menghela nafas lalu menghapus keringatnya, setelah itu tertidur.

***

Jakarta, Indonesia. January 3rd 2017.

"Lisa~ Kamu dimana?" tanya kakak Lisa yang baru saja pulang ke rumah. Kakak Lisa

Kamis, 02 Oktober 2014

[CERPEN] : Petualangan di Hutan

Pada saat hari libur sekolah, ada 7 orang sahabat sedang bermain di taman dekat rumah mereka. Mereka bernama Auzia, Aya, Amel, Hilwa, Muja, Nesha, dan Nisa. Ada yang sedang bermain tenis dan sisanya sedang duduk di bangku taman.

"Huh... Liburan kali ini membosankan sekali!" Kata Nisa sambil mengusap keringatnya setelah bermain tenis cukup lama dengan Amel.

"Bagaimana kalau liburan kali ini kita ke pantai saja?" Kata Auzia, lalu kembali memainkan handphone-nya.

"Aduh... Aku kan sudah bosan kesana!" Kata Amel yang juga sedang mengusap keringatnya.

"Bagaimana kalau kita pergi ke....... mana ya?" Kata Nesha memasang wajahnya yang kebingungan.

"Ih, Nesha! Kamu bagaimana sih, kita kan sedang bingung, kamu malah bercanda!" Kata Hilwa tanpa memalingkan wajahnya dari handphone-nya.

"Sudahlah Hilwa, dia kan hanya bercanda." Kata Muja menatap Hilwa dengan jengkel.

"Hey, Hey... Ingat tidak tugas IPA dari Bu Guru? Kita kan disuruh mencari tumbuhan yang unik." Kata Aya mengingatkan teman-temannya.

"Oh iya... Aku hampir lupa!" Kata Nesha sambil menepuk kepalanya.

"Eh, kamu kan memang pelupa!" Kata Amel sedikit tertawa.

"Hehehe..." Kata Nesha sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Huuuuu... Dasar nenek-nenek!" Ucap semua teman Nesha setengah berteriak.

"Sudah sudah, bagaimana kalau kita berpetualang ke hutan saja! Sekalian kita mencari tumbuhan unik untuk tugas IPA!" Ajak Nisa dengan penuh semangat.

"Ayo!!!" Ucap semuanya kecuali Auzia. Wajah Auzia tampak gelisah.

"Eh eh, tunggu dulu deh. Aku tidak setuju karena aku takut dengan binatang buas." Kata Auzia berhenti memainkan handphone-nya.

"Tenang saja Auzia, kita akan menjaga satu sama lain!" Ucap Muja menenangkan Auzia.

"Bagaimana Auzia? Apa kamu setuju?" Kata Amel meyakinkan Auzia.

"Baiklah. Tapi janji ya, harus menjaga satu sama lain?" Tanya Auzia ragu.

"Iya, Auzia...!!!" Ucap semua teman-teman Auzia.

"Oke. Ayo kita mempersiapkan perlengkapan untuk ke hutan!" Kata Aya.

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing untuk izin kepada orangtua mereka dan mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa.

Esoknya, mereka berkumpul di rumah Hilwa dan langsung berangkat menuju hutan dengan mobil yang dikendarai oleh supirnya Hilwa yaitu Pak Zulfi.

CIIIT....! Di tengah perjalanan, mobil mereka tiba-tiba berhenti.

"Pak, mobilnya kenapa?" Tanya Hilwa yang duduk di depan bersama Aya.

"Aduh maaf nak, mobilnya mogok. Pak Zulfi cuma bisa antar sampai sini saja." Kata Pak Zulfi dengan penuh rasa bersalah.

"Yah..." Kata semua anak kecuali Nisa.

"Yasudah deh Pak, tidak apa-apa." Ucap Nisa.

"Yasudah, lebih baik Bapak menelpon bengkel. Sedangkan kalian tunggu saja dulu. Bagaimana?" Kata Pak Zulfi menawarkan.

"Ti... Tidak usah Pak. Kami turun saja." Kata semua anak.

Mereka pun turun dari mobil dan melihat-lihat keadaan sekitar.

"Oh iya, kebetulan di dekat sini ada hutan. Kita kemping di hutan ini saja, yuk!" Ajak Nisa.

Kemudian mereka pun berjalan menelusuri hutan itu. Akan tetapi, saat semua berjalan di depan, Nesha melihat suatu kejanggalan.

"Apa sih ini?" Tanya Nesha sambil menyingkirkan sesuatu.

"Ada apa, Nesha?" Kata Muja yang melihat Nesha dari depan.

"Hm... Apa ya? Aku lupa." Ucap Nesha sambil memegang keningnya.

"Yasudah, abaikan saja. Mungkin itu tidak penting." Kata Muja.

Saat mereka sampai ke tempat yang cocok, hari pun mulai gelap. Mereka segera membangun tenda. Lalu setelah tenda sudah siap, mereka semua masuk ke dalam tenda.

"Duh... Perutku lapar nih, aku juga kedinginan..." Ucap Auzia sambil memegang perutnya.

"Ini ada jaket milikku." Ucap Amel sambil meletakkan jaket itu di badan Auzia.

"Terima kasih, Mel." Kata Auzia, lalu memakai jaket Amel. Amel tersenyum kecil.

"Bagaimana kalau ada beberapa di antara kita mencari kayu bakar dan sisanya menjaga tenda?" Kata Amel mengusulkan.

"Aku dong yang mencari kayu bakar!!"

"Akuuu!!"

"AKU!!"

"Aku dong..."

"Hey, sudah sudah. Bagaimana kalau yang mencari kayu bakar itu Muja, Auzia, Nesha, dan Hilwa. Sedangkan aku, Amel, dan Nisa menjaga tenda." Usul Aya.

"Oke..." Ucap semuanya.

"Kalau begitu, kita berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum..." Ucap Hilwa diikuti dengan Muja, Nesha, dan Auzia.

"Wa'alaikumussalam... Hati-hati yaa..." Ucap Aya, Nisa, dan Amel.

Di tengah perjalanan mencari kayu bakar, ada dua jalan dengan arah yang berbeda. Terjadi kejadian antara keempat sahabat itu.

"Hey, kita lewat sini saja, yuk!" Ucap Hilwa sambil menunjuk jalan kanan.

"Jangan! Sepertinya ada banyak binatang buas disana." Kata Muja. Tetapi Hilwa tetap ingin ke jalan kanan.

"Tetapi, pasti nanti kita menemukan banyak kayu bakar disana!" Kata Hilwa lalu berjalan ke jalan kanan.

"Jangan, itu terlalu berbahaya!" Kata Muja menahan Hilwa dengan memegang pundaknya.

"Yasudah, kalian kesana saja. Aku ingin ke jalan ini!" Kata Hilwa melepaskan tangan Muja dari pundaknya, lalu berjalan masuk ke dalam jalan kanan.

Saat di tenda...

"Aduh... aku punya firasat buruk, deh." Kata Aya dengan wajah khawatir.

"Jangan bicara seperti itu, Aya. Nanti kalau terjadi bagaimana?" Kata Amel.

"Sudah sudah. Lebih baik kita tunggu saja mereka." Kata Nisa menenangkan kedua sahabatnya itu.

Setelah beberapa lama kemudian, Muja, Nesha, dan Auzia datang ke tenda.

"Mana Hilwa!?" Kata Amel panik.

"Lho, kami kira Hilwa sudah kembali ke tenda!" Kata Muja ikut panik.

"Lalu dimana Hilwa sekarang? Ayo kita cari!" Kata Aya yang juga panik.

"Eh tunggu dulu, nanti kalau kita tersesat bagaimana?" Kata Nesha bingung.

ZREEET.... Tiba-tiba resleting tenda terbuka.

"HILWA!!??" Teriak semuanya kecuali Hilwa.

"Tadaa! Aku menemukan tumbuhan unik ini!!" Ucap Hilwa sambil menunjukkan setangkai mawar biru yang ditemukannya.

"Alhamdulillah, akhirnya Hilwa kembali!" Kata semua teman Hilwa.

"Aku kira kamu dimakan harimau!" Kata Nisa. Semua pun tertawa.

"Hilwa, darimana saja kamu, kami sangat khawatir menunggumu." Ucap Aya yang sangat khawatir pada sahabat terbaiknya itu.

"Hehehe, maaf. Aku semalaman mencari tumbuhan ini!" Kata Hilwa sambil menggaruk kepalanya.

"Yasudah, kan kita sudah menemukan tumbuhan uniknya, ayo kita nyalakan api unggunnya! Lalu setelah itu kita tidur, deh!" Kata Auzia. Semuanya mengangguk setuju.

Mereka keluar dari tenda dan membuat api unggun dari kayu bakar yang telah dicari oleh Muja, Auzia, Nesha, dan Hilwa. Mereka duduk di sekitar api unggun itu untuk menghangatkan diri dari udara yang sangat dingin. Mereka juga berbagi makanan ringan yang dibawa masing-masing anak. Mereka bertujuh juga membawa bekal masing-masing dan berbagi lauk pauk. Setelah mereka kenyang, mereka pun lelah dan mengantuk. Akhirnya mereka masuk kedalam tenda yang besar itu kembali dan tidur dengan beberapa bantal dan selimut besar yang dibawa oleh beberapa anak.

Esoknya, mereka segera merapikan tenda dan bersiap untuk pulang dari hutan. Mereka pulang dari hutan dengan petunjuk sandi rumput dari Amel, si ahli pramuka.

Setelah menemukan jalan raya, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing dengan menumpang di mobil truk yang lewat. Lalu mereka menceritakan kejadian berkemah di hutan yang seru itu kepada keluarga mereka.

Keesokan harinya, mereka bertujuh mengumpulkan tumbuhan unik yang ditemukan oleh Hilwa itu. Mereka segera menuju Ruang Guru dan berkumpul di meja Bu Guru. Mereka siap-siap mendengarkan nilai kelompok mereka.

"Kalian mendapat nilai....... seratus! Selamat ya, kelompok kalian mendapat nilai tertinggi!" Ucap Bu Anis, guru IPA kelas mereka.

"Alhamdulillah..." Ucap semuanya penuh rasa syukur.

***

"Alhamdulillah, setelah perjuangan yang panjang, akhirnya mendapat nilai 100 juga!" Ucap semuanya saat istirahat tiba.

"Iya, ya... Oh iya teman-teman, gelangku hilang! Itu pemberian dari almarhumah ibuku!" Kata Nesha panik, sambil memegang-megang tangan kirinya.

"Kamu sudah cari di rumahmu?" Tanya Amel. Nesha mengangguk cepat.

"Iya, aku sudah cari. Tadi sebelum ke ruang guru, sebenarnya aku ingin bicara kepada kalian. Tetapi setelah mendapat nilai 100, aku jadi lupa." Ucap Nesha. Nesha memang anak yang sangat pelupa diantara teman-temannya yang lain.

"Yasudah, bagaimana kalau kita kembali ke hutan itu? Mungkin gelang Nesha tertinggal di sekitar tenda." Nisa mengusulkan.

"Oke, pulang sekolah kita berkumpul di taman kemarin. Kita langsung berangkat ke hutan itu nanti." Kata Hilwa. Yang lainnya pun mengangguk.

Sepulang sekolah, mereka langsung berkumpul di taman. Setelah semua sudah datang dan tidak ada yang tertinggal, mereka pun berangkat lagi ke hutan itu dengan naik angkutan umum kali ini.

Sampai disana, mereka menelusuri hutan itu kembali sambil melihat-lihat tanah yang mereka pijak, mungkin saja ada terjatuh gelang Nesha disana. Saat di tengah perjalanan dan semuanya telah di depan, Aya melihat suatu kejanggalan yang dilihat Nesha kemarin. Ternyata, itu adalah papan bertuliskan 'HUTAN TERLARANG! DILARANG MASUK!".

"Ada apa, Aya?" Tanya Amel yang melihat Aya dari depan. Semua anak pun menghampiri Aya.

"Ini, ternyata kejanggalan yang dilihat Nesha kemarin adalah papan ini!" Aya menyingkirkan daun-daun disekitar papan itu. Dan terlihatlah isi papan itu.

"HUTAN TERLARANG!?" Teriak semua anak membaca tulisan di papan itu.

"Yasudah, lebih baik kita pulang saja!" Kata Auzia takut.

"Yah...! Gelangku bagaimana!?" Nesha mulai khawatir dicampur rasa marah karena Auzia ingin pulang.

Tiba-tiba, Nesha melihat bayangan seorang kakek-kakek dari kejauhan yang sedang memegang sesuatu.

"HA... HA... HANTU!!!" Teriak Nesha lalu berlari ketakutan. Teman-temannya pun ikut berlari ketakutan saat mendengar Nesha berteriak seperti itu.

"Hey, Hey!! Tunggu dulu! Itu bukan hantu, melainkan kakek-kakek! Bagaimana sih, Nesha!" Ucap Nisa, lalu menarik Nesha mendekat ke seorang kakek yang sedang berjalan mendekati mereka. Teman-teman yang lainnya mengekor Nisa dan Nesha di belakang, dengan hati-hati.

"Cu... Ini gelangmu cu... Kakek menemukannya saat berkeliling di hutan ini dan melihat gelangmu ini terjatuh di dekat kayu bakar-kayu bakar yang bertumpuk." Ucap kakek itu sambil terus berjalan ke arah mereka. Mereka semua mendengar kata-kata kakek itu.

"Terima kasih, kek. Maaf tadi saya mengira kakek ini hantu. Sekali lagi terima kasih, kek." Ucap Nesha membungkukkan badannya, meminta maaf sekalian berterima kasih kepada kakek itu. Nesha pun menerima gelang itu dengan perasaan sangat senang.

"Terima kasih, kek. Kami pulang dulu ya! Assalamu'alaikum..." Mereka semua pamit pulang kepada kakek itu. Kakek itu tersenyum kecil dan berbalik, lalu berjalanke arah yang berlawanan dengan mereka.

"Tuh kan, apa aku bilang. Kamu sih, udah berprasangka buruk duluan." Nisa terus menyalahkan Nesha di perjalanan pulang ke rumah.

"Iya, Iya, Iya!! Aku tahu, aku tahu." Hanya itulah ucapan Nesha untuk menjawab perkataan Nisa.

Semua anak yang berada di angkutan umum itu pun tertawa bahagia.

~ S E L E S A I ~











Rabu, 09 April 2014

[CERPEN] : Twitter Alisa

Twitter? Apa itu Twitter? Ada apa dengan Twitter? Mengapa teman-teman selalu membahas Twitter? Sebenarnya, Twitter itu apa, sih? Alisa hanya bisa berpikir di dalam hati. Dia malu jika bertanya kepada teman-temannya. Dia takut di sangka tidak update. Alias KUDET!

Setelah beberapa hari teman-temannya selalu membahas Twitter, Alisa pun memberanikan diri untuk bertanya karena dirinya sangat penasaran dengan Twitter.

"Dira!" Panggil Alisa dari kejauhan.Dira pun menghampiri Alisa.
"Ada apa, Lis?" Tanya Dira sambil sesekali melihat handphone yang ada di genggaman tangannya. 
"Itu apa?" Tanya Alisa menunjuk layar handphone Dira. Dira menaikkan satu alisnya. 
"Ini?" Tanya Dira lagi. Alisa mengangguk.
"Oh~ Ini Twitter, kamu nggak tahu, Lis?" Tanya Dira lagi.
Alisa terdiam sejenak. Dia mulai bingung harus berkata apa. Tapi, tentunya ia tak kehabisan akal.
"Tahu, dong. Cuman, beda tampilannya aja, ya nggak?" Ucap Alisa sambil membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
"Iya sih, beda tampilannya. Kamu biasanya main di komputer atau laptop ya? Username Twitter kamu apa?" Tanya Dira lagi-lagi.
Alisa terdiam lagi. Apa itu Username? Ah, ribet banget sih, Twitter ini! 
"Hm... Aku gak mau kasih tau!" Ucap Alisa sambil melipat tangannya. Tetapi, wajah ramahnya tetap terlihat.
"Loh? Kenapa? Kalau followers kamu dikit, gapapa kok! Aku juga followers-nya dikit!" Ucap Dira.
Followers? Ah... Apalagi itu?!
"Pokoknya nggak mau!" Ucap Alisa, membulatkan matanya.
"Yaudah deh, kalo gak mau. Emang followers kamu berapa?" Tanya Dira penuh tanya.
Hm... Berapa? Berarti, jumlah ya... Ah, ini sih gampang!
"Followers-ku ada 400!" Ucap Alisa sambil mengibaskan rambutnya dengan pelan. Dira pun terkena kibasan rambutnya sedikit.
"Waa! Kalau aku hanya ada 150!" Ucap Dira sambil membulatkan matanya, melotot.
"Haha... Hebat kan? Iya dong, Alisa gitu!" Ucap Alisa sambil mengibaskan rambutnya lagi, tetapi kali ini dengan kencang.
"Oh iya, Lis. Di handphone kamu ada aplikasi Twitter gak? Asik tau, kalau main lewat handphone!" Ucap Dira sambil merebut handphone Alisa. 
"Ng... Aku nggak punya. Kamu bisa download-in gak?" Tanya Alisa. Dira mengangguk cepat.
"Tentu saja!" Ucap Dira. Dengan cepat dia menyentuh handphone-ku yang layar sentuh itu. 

Dia menyentuh aplikasi Play Store, lalu mengetik "Twitter" di kolom Search. Setelah menemukannya, dia segera men-download-nya. Alisa hanya melongo melihat kecepatannya yang sudah sangat mahir dalam bermain Android.

"Sudah?" Tanya Alisa sambil melihat wajahnya yang sangat bersemangat itu.
"Sudahlah! Cepat, kan?" Ucap Dira. Kali ini dia yang mengibaskan rambutnya. Lalu dia menyerahkan handphone nya kepada Alisa. 
"Nah, sekarang kamu Sign In ke Twitter kamu! Disini!" Ucap Dira sambil menyentuh layar handphone Alisa dengan keras, sehingga layarnya menjadi bergetar.
"Iya iya, aku sudah tahu!" Ucap Alisa sambil menyingkirkan tangan Dira dari layar handphone nya. Dira merungut kesal.

Hm... Ini bagaimana ya? Aku kan, tidak punya akun Twitter!

"Nah, gimana? Bisa gak?" Ucap Dira menyindir Alisa yang hanya terdiam memegang handphone nya.
Alisa hanya terdiam, lalu memasang wajah memelas. Itu artinya ia tidak mengerti dan butuh ajaran dari Dira.

"Hh... Jadi gini caranya, kamu tulis username kamu disini. Lalu tulis Password Twitter kamu disini!" Ucap Dira sambil menunjuk layar handphone Alisa. Tetapi kali ini tidak dengan keras.

"Username? Password?" Ucap Alisa dengan keras. Dia tak sadar jika ia mengucapkan kata-kata itu dengan keras, sehingga Dira menatapnya lekat.

"Kamu lupa Username dan Password kamu? Atau..."

"Dira!" Panggil seseorang, yaitu Ayah Dira.

"Oh iya, aku pulang dulu ya! Jangan lupa nanti main twitter!" Ucap Dira, lalu pergi menuju mobil Ayahnya.

Hh... Untung saja!

Alisa pun pulang dengan mengendarai sepedanya.

Sampai di rumah, Alisa langsung meletakkan tasnya di kamarnya, lalu mengganti bajunya. Sekarang dia memakai baju kaos berwarna biru bertuliskan "Sweet" dan celana berwarna putih polos.

Alisa mengambil handphone-nya lalu membuka Twitter yang tadi barusan di Download. Lalu ia mengotak-atiknya. Ia menyentuh tulisan 'Daftar'.

Setelah ia menyentuh tulisan "Daftar", tertera tulisan berjudul "Sign Up". Ada beberapa kolom yang harus di isi untuk membuat Twitter, yaitu Full name, Username, Email, dan Password. Alisa pun mengisinya;

SIGN UP
Full Name : Faziya Alisa
Username : faziyalisa
Email : faziya_alisa@********.com
Password : ********

Setelah mengisinya, Alisa menyentuh tulisan "Sign Up For Twitter". Beberapa lama kemudian, tertera profil Twitter baru Alisa. Kini, Twitter Alisa sudah selesai di buat. Tinggal memasang foto Profil, Header, Background, dan menambah followers. Alisa tidak mengerti semua itu, sehingga ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang dapur di rumahnya.

Alisa melihat Ibunya yang sedang memasak ayam goreng untuk makan siang. Alisa tidak ingin mengganggu Ibunya, sehingga dia duduk di bangku ruang makan menunggu Ibunya selesai memasak.

"Ibu, Lisa mau bertanya sesuatu," Ucap Alisa setelah Ibunya telah selesai memasak dan menyiapkan menu untuk makan siang.

"Tanya apa, Alisa?" Tanya Ibu Alisa kembali, sambil meletakkan piring di meja makan di depan Alisa.

"Begini bu, Ibu tahu Twitter gak?" Tanya Alisa sambil mengambil sendok di ujung meja makan.

"Twitter? Tahu. Memang kenapa, Alisa?" Tanya Ibu lagi.

"Jadi, teman Alisa semuanya sudah punya Twitter, bu. Ibu bisa tolong ajarkan Alisa cara membuat Twitter dan menggunakannya di handphone? Teman Alisa udah download-in Twitter-nya di handphone Alisa."

"Oh... Bisa kok, Alisa. Setelah kita makan, Ibu ajarkan caranya, ya?" Ucap Ibu Alisa sambil mengambilkan lauk untuk Alisa. Alisa pun mengangguk setuju, lalu memakan makan siangnya.

Setelah makan, Ibu dan Alisa pergi menuju ruang tamu dan duduk di sofa yang besar.

"Handphone Alisa mana, sayang?" Tanya Ibu kepada Alisa.

"Ini, Bu. Bagaimana cara memasang gambar Alisa di Twitter-nya, Bu?" Tanya Alisa sambil memberikan handphone-nya kepada Ibu.

"Begini caranya. Jadi Alisa pertama-tama tekan dulu ini, lalu tekan ini. Dan tekan ini, lalu pilih foto yang ingin Alisa jadikan profil. Jangan foto orang lho, harus foto Alisa. Lalu tekan ini. Jika ingin memasang header, tekan ini lalu ini. Dan pilih foto yang kamu suka, bisa berupa foto kamu atau foto apa saja. Untuk background-nya, Alisa tekan ini. Lalu pilih background yang Alisa sukai disini. Jika Alisa ingin memasang foto sendiri boleh saja, tekan yang ini. Nah, untuk profil, header, dan background sudah." Jelas Ibu panjang lebar sambil menunjuk icon-icon yang harus di tekan Alisa.

"Kalau ingin menambah followers, bagaimana Bu?" Tanya Alisa sambil menggaruk kepalanya yak tidak gatal.

"Untuk menambah followers, Alisa bisa follow semua teman-teman sekolah Alisa, lalu berikan mention kepadanya. Misalnya Alisa ingin follow Ibu, Alisa search dulu Username Ibu disini, lalu tekan icon ini. Setelah itu muncul profil Ibu, dan Alisa tekan ini. Untuk memberikan mention, Alisa tekan ini dan ketik 'Follback, Bu.'. Alisa tidak perlu mengetik nama Alisa karena nanti di notif Twitter Ibu akan ada nama Alisa sendiri." Jelas Ibu sambil mempraktikkan penjelasannya.

"Oh... begitu. Itu bisa dilihat semua orang, Bu?" Tanya Alisa kembali.

"Bisa, Alisa. Jika Alisa ingin mengirim seperti mention tetapi tidak bisa dilihat semua orang, Alisa bisa tekan icon ini. Icon ini ada jika teman Alisa itu sudah follback Alisa. Jika belum di follback, tidak akan ada icon ini di profilnya. Ini dinamakan Direct Messages atau bisa disingkat DM." Jelas Ibu.

"Ohh... begitu Bu. Terima kasih ya, Bu. Sudah mengajari Alisa cara bermain Twitter!" Ucap Alisa tersenyum manis kepada Ibunya itu.

"Sama-sama, Alisa. Nanti kalau ada yang membuat Alisa bingung, tanyakan saja pada Ibu." Kata Ibu yang juga tersenyum manis kepada Alisa.

"Sudah ya, Bu. Alisa mau main Twitter dulu di kamar. Terima kasih, Bu!" Alisa pun pergi dari ruang tamu, dan menuju kamarnya.

***

Esoknya, Alisa bangun pagi-pagi sekali. Sekitar jam 04.30 dia bangun. Dia segera mandi dan memakai seragam sekolahnya. Seperti biasa, dia mengenakan kunciran rambut yang berwarna biru muda. Setelah semua sudah siap, dia segera menggendong tas birunya dan keluar dari kamarnya untuk sarapan pagi.

"Selamat pagi, Ibu! Hari ini sarapannya apa, Bu?" Tanya Alisa lalu duduk di samping Nisa, adik kandungnya.

"Sarapan hari ini roti selai coklat dengan coklat panas, seperti kemarin." Jawab Ibu lalu memberi Alisa sepiring roti selai coklat dan segelas coklat panas yang masiiiiih..... hangat.

"Ayah mana, Bu?" Tanya Nisa kepada Ibu.

"Sudah berangkat duluan, katanya disuruh datang lebih pagi," Jawab Ibu lalu memakan roti selai coklatnya.

Setelah selesai sarapan, Alisa dan Nisa pamit pergi ke sekolah kepada Ibunya, dan segera berangkat dengan mengendarai sepeda.

Sampai di kelas...

"Assalamu'alaikum, Dira!" Kata Alisa menyapa Dira yang sedang memegang buku tulis.

"Wa'alaikumussalam, Alisa. Sini-sini, duduk di sebelahku." Ajak Dira. Alisa pun duduk di sebelah Dira.

"Itu buku tulis apa, Dir?" Tanya Alisa menunjuk buku tulis Dira.

"Ini? Ini buku tulis IPS. Aku ingin bertanya salah satu soal dari tugas yang diberi Bu Rahma kemarin, tetapi langsung datang kamu. Oh iya, kamu sudah mengerjakan tugas Bu Rahma?" Tanya Dira.

"TUGAS IPS!? Astagfirullah, aku belum mengerjakannya! Aku Lupa! Bagaimana ini, Dira......." Kata Alisa khawatir, takut dihukum Bu Rahma.

"Belum mengerjakan? Yah... kamu sih. Memang tadi malam kamu sedang apa? Mengapa bisa sampai lupa?" Tanya Dira.

"Tadi malam... Oh iya, tadi malam aku main Twitter." Kata Alisa sambil menepuk kepalanya.

"Gara-gara main Twitter? Ya Allah, Alisa..." Dira menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bagaimana ini, Dira... Duh, nanti pasti aku dihukum sama Bu Rahma!"Kata Alisa gelisah.

"Sudah sudah jangan pesimis dulu, berpikiran optimis saja. Jangan terlalu dipikirkan." Ucap Dira menenangkan Alisa.

Saat pelajaran IPS dimulai...

"Daniar Fitri Zakiya."

"Dira Fauziyah."

Daniar dan Dira maju ke depan dan mengumpulkan tugasnya.

Setelah beberapa nama dipanggil...

"Faziya Alisa Al-Husna."

Alisa maju ke depan tidak membawa apapun.

"Alisa, kamu belum mengerjakan tugasmu?" Tanya Bu Rahma dengan lembut.

"Belum, Bu. Saya lupa." Jawab Alisa singkat dan menundukkan kepalanya.

"Yasudah tidak apa-apa. Duduk kembali dan kerjakan tugasnya, halaman 34-35." Perintah Bu Rahma. Alisa kembali duduk dan sangat bersyukur karena tidak dihukum Bu Rahma. Ia segera mengerjakan tugas yang diberi Bu Rahma dengan baik.

Pulang sekolah, Alisa menceritakan kejadian itu kepada Ibu.

"Makanya Alisa, lain kali jangan terlalu lama bermain Twitter. Jadi lupa deh, tugas IPS-nya. Mulai sekarang, kalau bermain Twitter hanya boleh di hari libur dan itupun tidak boleh terlalu lama. Mengerti, Alisa?" Jelas Ibu sekalian bertanya kepada Alisa.

"Mengerti, Bu." Jawab Alisa dengan lemas.

Dan mulai saat itu juga, Alisa hanya bermain Twitter di saat hari libur dan tidak terlalu lama. Tugasnya pun tidak ada yang tidak ia kerjakan.


~ S E L E S A I ~









Sabtu, 04 April 2015

Anak dari 5 Negara

Prolog

Charles de Gaulle International Airport, Paris, France. January 1st 2017.

Elise berjalan menuju tempat pemberangkatan Perancis-Indonesia. Di depannya ada seorang laki-laki tua membawa dua koper besar. Dia adalah ayah Elise. Sampai di tempat pemberangkatan, Elise diperiksa keamanannya. Selesai diperiksa, Elise dan ayahnya naik ke pesawat dan duduk bersampingan. Elise menghela nafas sambil melihat ke jendela pesawat. Ia tidak sedih, tidak juga senang. Kemudian ia memasang earphone di telinganya.

***

Fiumicino International Airport, Rome, Italy. January 1st 2017.
Mona berjalan bersama Ibunya ke pesawat pemberangkatan Italia-Indonesia. Mona menggendong ransel besarnya. Ia hanya terdiam sesampainya di dalam pesawat. Mona hanya memandang televisi kecil di depannya. Terlihat dari raut wajahnya, Mona sedih meninggalkan negara asalnya, Italia.

***

Tullamarine International Airport, Melbourne, Australia. January 2nd 2017.

Sherlyn menunduk sambil mengikuti Ibunya ketempat pemberangkatan Australia-Indonesia. Ia menunduk bukan karena sedih, tetapi fokus kepada layar handphone-nya. Ia memanfaatkan waktu untuk mengirim pesan perpisahan kepada teman-temannya. Sambil membawa koper kecil, ia masuk ke pesawat dan berhenti memainkan handphone. Setelah itu Sherlyn melipat kedua tangannya dan tertidur.

***

Incheon International Airport, Seoul, South Korea. January 2nd 2017.

Sooyeon membawa dua koper besar yang sangat berat dengan kesusahan, begitu pula Ayah, Ibu, dan adiknya yang bernama Sujeong. Masing-masing dari mereka membawa dua koper. Sesampainya di pesawat, Sooyeon meletakkan kopernya di bagasi lalu duduk di bangku pesawat. Ia menghela nafas lalu menghapus keringatnya, setelah itu tertidur.

***

Jakarta, Indonesia. January 3rd 2017.

"Lisa~ Kamu dimana?" tanya kakak Lisa yang baru saja pulang ke rumah. Kakak Lisa

Kamis, 02 Oktober 2014

[CERPEN] : Petualangan di Hutan

Pada saat hari libur sekolah, ada 7 orang sahabat sedang bermain di taman dekat rumah mereka. Mereka bernama Auzia, Aya, Amel, Hilwa, Muja, Nesha, dan Nisa. Ada yang sedang bermain tenis dan sisanya sedang duduk di bangku taman.

"Huh... Liburan kali ini membosankan sekali!" Kata Nisa sambil mengusap keringatnya setelah bermain tenis cukup lama dengan Amel.

"Bagaimana kalau liburan kali ini kita ke pantai saja?" Kata Auzia, lalu kembali memainkan handphone-nya.

"Aduh... Aku kan sudah bosan kesana!" Kata Amel yang juga sedang mengusap keringatnya.

"Bagaimana kalau kita pergi ke....... mana ya?" Kata Nesha memasang wajahnya yang kebingungan.

"Ih, Nesha! Kamu bagaimana sih, kita kan sedang bingung, kamu malah bercanda!" Kata Hilwa tanpa memalingkan wajahnya dari handphone-nya.

"Sudahlah Hilwa, dia kan hanya bercanda." Kata Muja menatap Hilwa dengan jengkel.

"Hey, Hey... Ingat tidak tugas IPA dari Bu Guru? Kita kan disuruh mencari tumbuhan yang unik." Kata Aya mengingatkan teman-temannya.

"Oh iya... Aku hampir lupa!" Kata Nesha sambil menepuk kepalanya.

"Eh, kamu kan memang pelupa!" Kata Amel sedikit tertawa.

"Hehehe..." Kata Nesha sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Huuuuu... Dasar nenek-nenek!" Ucap semua teman Nesha setengah berteriak.

"Sudah sudah, bagaimana kalau kita berpetualang ke hutan saja! Sekalian kita mencari tumbuhan unik untuk tugas IPA!" Ajak Nisa dengan penuh semangat.

"Ayo!!!" Ucap semuanya kecuali Auzia. Wajah Auzia tampak gelisah.

"Eh eh, tunggu dulu deh. Aku tidak setuju karena aku takut dengan binatang buas." Kata Auzia berhenti memainkan handphone-nya.

"Tenang saja Auzia, kita akan menjaga satu sama lain!" Ucap Muja menenangkan Auzia.

"Bagaimana Auzia? Apa kamu setuju?" Kata Amel meyakinkan Auzia.

"Baiklah. Tapi janji ya, harus menjaga satu sama lain?" Tanya Auzia ragu.

"Iya, Auzia...!!!" Ucap semua teman-teman Auzia.

"Oke. Ayo kita mempersiapkan perlengkapan untuk ke hutan!" Kata Aya.

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing untuk izin kepada orangtua mereka dan mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa.

Esoknya, mereka berkumpul di rumah Hilwa dan langsung berangkat menuju hutan dengan mobil yang dikendarai oleh supirnya Hilwa yaitu Pak Zulfi.

CIIIT....! Di tengah perjalanan, mobil mereka tiba-tiba berhenti.

"Pak, mobilnya kenapa?" Tanya Hilwa yang duduk di depan bersama Aya.

"Aduh maaf nak, mobilnya mogok. Pak Zulfi cuma bisa antar sampai sini saja." Kata Pak Zulfi dengan penuh rasa bersalah.

"Yah..." Kata semua anak kecuali Nisa.

"Yasudah deh Pak, tidak apa-apa." Ucap Nisa.

"Yasudah, lebih baik Bapak menelpon bengkel. Sedangkan kalian tunggu saja dulu. Bagaimana?" Kata Pak Zulfi menawarkan.

"Ti... Tidak usah Pak. Kami turun saja." Kata semua anak.

Mereka pun turun dari mobil dan melihat-lihat keadaan sekitar.

"Oh iya, kebetulan di dekat sini ada hutan. Kita kemping di hutan ini saja, yuk!" Ajak Nisa.

Kemudian mereka pun berjalan menelusuri hutan itu. Akan tetapi, saat semua berjalan di depan, Nesha melihat suatu kejanggalan.

"Apa sih ini?" Tanya Nesha sambil menyingkirkan sesuatu.

"Ada apa, Nesha?" Kata Muja yang melihat Nesha dari depan.

"Hm... Apa ya? Aku lupa." Ucap Nesha sambil memegang keningnya.

"Yasudah, abaikan saja. Mungkin itu tidak penting." Kata Muja.

Saat mereka sampai ke tempat yang cocok, hari pun mulai gelap. Mereka segera membangun tenda. Lalu setelah tenda sudah siap, mereka semua masuk ke dalam tenda.

"Duh... Perutku lapar nih, aku juga kedinginan..." Ucap Auzia sambil memegang perutnya.

"Ini ada jaket milikku." Ucap Amel sambil meletakkan jaket itu di badan Auzia.

"Terima kasih, Mel." Kata Auzia, lalu memakai jaket Amel. Amel tersenyum kecil.

"Bagaimana kalau ada beberapa di antara kita mencari kayu bakar dan sisanya menjaga tenda?" Kata Amel mengusulkan.

"Aku dong yang mencari kayu bakar!!"

"Akuuu!!"

"AKU!!"

"Aku dong..."

"Hey, sudah sudah. Bagaimana kalau yang mencari kayu bakar itu Muja, Auzia, Nesha, dan Hilwa. Sedangkan aku, Amel, dan Nisa menjaga tenda." Usul Aya.

"Oke..." Ucap semuanya.

"Kalau begitu, kita berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum..." Ucap Hilwa diikuti dengan Muja, Nesha, dan Auzia.

"Wa'alaikumussalam... Hati-hati yaa..." Ucap Aya, Nisa, dan Amel.

Di tengah perjalanan mencari kayu bakar, ada dua jalan dengan arah yang berbeda. Terjadi kejadian antara keempat sahabat itu.

"Hey, kita lewat sini saja, yuk!" Ucap Hilwa sambil menunjuk jalan kanan.

"Jangan! Sepertinya ada banyak binatang buas disana." Kata Muja. Tetapi Hilwa tetap ingin ke jalan kanan.

"Tetapi, pasti nanti kita menemukan banyak kayu bakar disana!" Kata Hilwa lalu berjalan ke jalan kanan.

"Jangan, itu terlalu berbahaya!" Kata Muja menahan Hilwa dengan memegang pundaknya.

"Yasudah, kalian kesana saja. Aku ingin ke jalan ini!" Kata Hilwa melepaskan tangan Muja dari pundaknya, lalu berjalan masuk ke dalam jalan kanan.

Saat di tenda...

"Aduh... aku punya firasat buruk, deh." Kata Aya dengan wajah khawatir.

"Jangan bicara seperti itu, Aya. Nanti kalau terjadi bagaimana?" Kata Amel.

"Sudah sudah. Lebih baik kita tunggu saja mereka." Kata Nisa menenangkan kedua sahabatnya itu.

Setelah beberapa lama kemudian, Muja, Nesha, dan Auzia datang ke tenda.

"Mana Hilwa!?" Kata Amel panik.

"Lho, kami kira Hilwa sudah kembali ke tenda!" Kata Muja ikut panik.

"Lalu dimana Hilwa sekarang? Ayo kita cari!" Kata Aya yang juga panik.

"Eh tunggu dulu, nanti kalau kita tersesat bagaimana?" Kata Nesha bingung.

ZREEET.... Tiba-tiba resleting tenda terbuka.

"HILWA!!??" Teriak semuanya kecuali Hilwa.

"Tadaa! Aku menemukan tumbuhan unik ini!!" Ucap Hilwa sambil menunjukkan setangkai mawar biru yang ditemukannya.

"Alhamdulillah, akhirnya Hilwa kembali!" Kata semua teman Hilwa.

"Aku kira kamu dimakan harimau!" Kata Nisa. Semua pun tertawa.

"Hilwa, darimana saja kamu, kami sangat khawatir menunggumu." Ucap Aya yang sangat khawatir pada sahabat terbaiknya itu.

"Hehehe, maaf. Aku semalaman mencari tumbuhan ini!" Kata Hilwa sambil menggaruk kepalanya.

"Yasudah, kan kita sudah menemukan tumbuhan uniknya, ayo kita nyalakan api unggunnya! Lalu setelah itu kita tidur, deh!" Kata Auzia. Semuanya mengangguk setuju.

Mereka keluar dari tenda dan membuat api unggun dari kayu bakar yang telah dicari oleh Muja, Auzia, Nesha, dan Hilwa. Mereka duduk di sekitar api unggun itu untuk menghangatkan diri dari udara yang sangat dingin. Mereka juga berbagi makanan ringan yang dibawa masing-masing anak. Mereka bertujuh juga membawa bekal masing-masing dan berbagi lauk pauk. Setelah mereka kenyang, mereka pun lelah dan mengantuk. Akhirnya mereka masuk kedalam tenda yang besar itu kembali dan tidur dengan beberapa bantal dan selimut besar yang dibawa oleh beberapa anak.

Esoknya, mereka segera merapikan tenda dan bersiap untuk pulang dari hutan. Mereka pulang dari hutan dengan petunjuk sandi rumput dari Amel, si ahli pramuka.

Setelah menemukan jalan raya, mereka langsung pulang ke rumah masing-masing dengan menumpang di mobil truk yang lewat. Lalu mereka menceritakan kejadian berkemah di hutan yang seru itu kepada keluarga mereka.

Keesokan harinya, mereka bertujuh mengumpulkan tumbuhan unik yang ditemukan oleh Hilwa itu. Mereka segera menuju Ruang Guru dan berkumpul di meja Bu Guru. Mereka siap-siap mendengarkan nilai kelompok mereka.

"Kalian mendapat nilai....... seratus! Selamat ya, kelompok kalian mendapat nilai tertinggi!" Ucap Bu Anis, guru IPA kelas mereka.

"Alhamdulillah..." Ucap semuanya penuh rasa syukur.

***

"Alhamdulillah, setelah perjuangan yang panjang, akhirnya mendapat nilai 100 juga!" Ucap semuanya saat istirahat tiba.

"Iya, ya... Oh iya teman-teman, gelangku hilang! Itu pemberian dari almarhumah ibuku!" Kata Nesha panik, sambil memegang-megang tangan kirinya.

"Kamu sudah cari di rumahmu?" Tanya Amel. Nesha mengangguk cepat.

"Iya, aku sudah cari. Tadi sebelum ke ruang guru, sebenarnya aku ingin bicara kepada kalian. Tetapi setelah mendapat nilai 100, aku jadi lupa." Ucap Nesha. Nesha memang anak yang sangat pelupa diantara teman-temannya yang lain.

"Yasudah, bagaimana kalau kita kembali ke hutan itu? Mungkin gelang Nesha tertinggal di sekitar tenda." Nisa mengusulkan.

"Oke, pulang sekolah kita berkumpul di taman kemarin. Kita langsung berangkat ke hutan itu nanti." Kata Hilwa. Yang lainnya pun mengangguk.

Sepulang sekolah, mereka langsung berkumpul di taman. Setelah semua sudah datang dan tidak ada yang tertinggal, mereka pun berangkat lagi ke hutan itu dengan naik angkutan umum kali ini.

Sampai disana, mereka menelusuri hutan itu kembali sambil melihat-lihat tanah yang mereka pijak, mungkin saja ada terjatuh gelang Nesha disana. Saat di tengah perjalanan dan semuanya telah di depan, Aya melihat suatu kejanggalan yang dilihat Nesha kemarin. Ternyata, itu adalah papan bertuliskan 'HUTAN TERLARANG! DILARANG MASUK!".

"Ada apa, Aya?" Tanya Amel yang melihat Aya dari depan. Semua anak pun menghampiri Aya.

"Ini, ternyata kejanggalan yang dilihat Nesha kemarin adalah papan ini!" Aya menyingkirkan daun-daun disekitar papan itu. Dan terlihatlah isi papan itu.

"HUTAN TERLARANG!?" Teriak semua anak membaca tulisan di papan itu.

"Yasudah, lebih baik kita pulang saja!" Kata Auzia takut.

"Yah...! Gelangku bagaimana!?" Nesha mulai khawatir dicampur rasa marah karena Auzia ingin pulang.

Tiba-tiba, Nesha melihat bayangan seorang kakek-kakek dari kejauhan yang sedang memegang sesuatu.

"HA... HA... HANTU!!!" Teriak Nesha lalu berlari ketakutan. Teman-temannya pun ikut berlari ketakutan saat mendengar Nesha berteriak seperti itu.

"Hey, Hey!! Tunggu dulu! Itu bukan hantu, melainkan kakek-kakek! Bagaimana sih, Nesha!" Ucap Nisa, lalu menarik Nesha mendekat ke seorang kakek yang sedang berjalan mendekati mereka. Teman-teman yang lainnya mengekor Nisa dan Nesha di belakang, dengan hati-hati.

"Cu... Ini gelangmu cu... Kakek menemukannya saat berkeliling di hutan ini dan melihat gelangmu ini terjatuh di dekat kayu bakar-kayu bakar yang bertumpuk." Ucap kakek itu sambil terus berjalan ke arah mereka. Mereka semua mendengar kata-kata kakek itu.

"Terima kasih, kek. Maaf tadi saya mengira kakek ini hantu. Sekali lagi terima kasih, kek." Ucap Nesha membungkukkan badannya, meminta maaf sekalian berterima kasih kepada kakek itu. Nesha pun menerima gelang itu dengan perasaan sangat senang.

"Terima kasih, kek. Kami pulang dulu ya! Assalamu'alaikum..." Mereka semua pamit pulang kepada kakek itu. Kakek itu tersenyum kecil dan berbalik, lalu berjalanke arah yang berlawanan dengan mereka.

"Tuh kan, apa aku bilang. Kamu sih, udah berprasangka buruk duluan." Nisa terus menyalahkan Nesha di perjalanan pulang ke rumah.

"Iya, Iya, Iya!! Aku tahu, aku tahu." Hanya itulah ucapan Nesha untuk menjawab perkataan Nisa.

Semua anak yang berada di angkutan umum itu pun tertawa bahagia.

~ S E L E S A I ~











Rabu, 09 April 2014

[CERPEN] : Twitter Alisa

Twitter? Apa itu Twitter? Ada apa dengan Twitter? Mengapa teman-teman selalu membahas Twitter? Sebenarnya, Twitter itu apa, sih? Alisa hanya bisa berpikir di dalam hati. Dia malu jika bertanya kepada teman-temannya. Dia takut di sangka tidak update. Alias KUDET!

Setelah beberapa hari teman-temannya selalu membahas Twitter, Alisa pun memberanikan diri untuk bertanya karena dirinya sangat penasaran dengan Twitter.

"Dira!" Panggil Alisa dari kejauhan.Dira pun menghampiri Alisa.
"Ada apa, Lis?" Tanya Dira sambil sesekali melihat handphone yang ada di genggaman tangannya. 
"Itu apa?" Tanya Alisa menunjuk layar handphone Dira. Dira menaikkan satu alisnya. 
"Ini?" Tanya Dira lagi. Alisa mengangguk.
"Oh~ Ini Twitter, kamu nggak tahu, Lis?" Tanya Dira lagi.
Alisa terdiam sejenak. Dia mulai bingung harus berkata apa. Tapi, tentunya ia tak kehabisan akal.
"Tahu, dong. Cuman, beda tampilannya aja, ya nggak?" Ucap Alisa sambil membenarkan rambutnya yang sedikit acak-acakan.
"Iya sih, beda tampilannya. Kamu biasanya main di komputer atau laptop ya? Username Twitter kamu apa?" Tanya Dira lagi-lagi.
Alisa terdiam lagi. Apa itu Username? Ah, ribet banget sih, Twitter ini! 
"Hm... Aku gak mau kasih tau!" Ucap Alisa sambil melipat tangannya. Tetapi, wajah ramahnya tetap terlihat.
"Loh? Kenapa? Kalau followers kamu dikit, gapapa kok! Aku juga followers-nya dikit!" Ucap Dira.
Followers? Ah... Apalagi itu?!
"Pokoknya nggak mau!" Ucap Alisa, membulatkan matanya.
"Yaudah deh, kalo gak mau. Emang followers kamu berapa?" Tanya Dira penuh tanya.
Hm... Berapa? Berarti, jumlah ya... Ah, ini sih gampang!
"Followers-ku ada 400!" Ucap Alisa sambil mengibaskan rambutnya dengan pelan. Dira pun terkena kibasan rambutnya sedikit.
"Waa! Kalau aku hanya ada 150!" Ucap Dira sambil membulatkan matanya, melotot.
"Haha... Hebat kan? Iya dong, Alisa gitu!" Ucap Alisa sambil mengibaskan rambutnya lagi, tetapi kali ini dengan kencang.
"Oh iya, Lis. Di handphone kamu ada aplikasi Twitter gak? Asik tau, kalau main lewat handphone!" Ucap Dira sambil merebut handphone Alisa. 
"Ng... Aku nggak punya. Kamu bisa download-in gak?" Tanya Alisa. Dira mengangguk cepat.
"Tentu saja!" Ucap Dira. Dengan cepat dia menyentuh handphone-ku yang layar sentuh itu. 

Dia menyentuh aplikasi Play Store, lalu mengetik "Twitter" di kolom Search. Setelah menemukannya, dia segera men-download-nya. Alisa hanya melongo melihat kecepatannya yang sudah sangat mahir dalam bermain Android.

"Sudah?" Tanya Alisa sambil melihat wajahnya yang sangat bersemangat itu.
"Sudahlah! Cepat, kan?" Ucap Dira. Kali ini dia yang mengibaskan rambutnya. Lalu dia menyerahkan handphone nya kepada Alisa. 
"Nah, sekarang kamu Sign In ke Twitter kamu! Disini!" Ucap Dira sambil menyentuh layar handphone Alisa dengan keras, sehingga layarnya menjadi bergetar.
"Iya iya, aku sudah tahu!" Ucap Alisa sambil menyingkirkan tangan Dira dari layar handphone nya. Dira merungut kesal.

Hm... Ini bagaimana ya? Aku kan, tidak punya akun Twitter!

"Nah, gimana? Bisa gak?" Ucap Dira menyindir Alisa yang hanya terdiam memegang handphone nya.
Alisa hanya terdiam, lalu memasang wajah memelas. Itu artinya ia tidak mengerti dan butuh ajaran dari Dira.

"Hh... Jadi gini caranya, kamu tulis username kamu disini. Lalu tulis Password Twitter kamu disini!" Ucap Dira sambil menunjuk layar handphone Alisa. Tetapi kali ini tidak dengan keras.

"Username? Password?" Ucap Alisa dengan keras. Dia tak sadar jika ia mengucapkan kata-kata itu dengan keras, sehingga Dira menatapnya lekat.

"Kamu lupa Username dan Password kamu? Atau..."

"Dira!" Panggil seseorang, yaitu Ayah Dira.

"Oh iya, aku pulang dulu ya! Jangan lupa nanti main twitter!" Ucap Dira, lalu pergi menuju mobil Ayahnya.

Hh... Untung saja!

Alisa pun pulang dengan mengendarai sepedanya.

Sampai di rumah, Alisa langsung meletakkan tasnya di kamarnya, lalu mengganti bajunya. Sekarang dia memakai baju kaos berwarna biru bertuliskan "Sweet" dan celana berwarna putih polos.

Alisa mengambil handphone-nya lalu membuka Twitter yang tadi barusan di Download. Lalu ia mengotak-atiknya. Ia menyentuh tulisan 'Daftar'.

Setelah ia menyentuh tulisan "Daftar", tertera tulisan berjudul "Sign Up". Ada beberapa kolom yang harus di isi untuk membuat Twitter, yaitu Full name, Username, Email, dan Password. Alisa pun mengisinya;

SIGN UP
Full Name : Faziya Alisa
Username : faziyalisa
Email : faziya_alisa@********.com
Password : ********

Setelah mengisinya, Alisa menyentuh tulisan "Sign Up For Twitter". Beberapa lama kemudian, tertera profil Twitter baru Alisa. Kini, Twitter Alisa sudah selesai di buat. Tinggal memasang foto Profil, Header, Background, dan menambah followers. Alisa tidak mengerti semua itu, sehingga ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ruang dapur di rumahnya.

Alisa melihat Ibunya yang sedang memasak ayam goreng untuk makan siang. Alisa tidak ingin mengganggu Ibunya, sehingga dia duduk di bangku ruang makan menunggu Ibunya selesai memasak.

"Ibu, Lisa mau bertanya sesuatu," Ucap Alisa setelah Ibunya telah selesai memasak dan menyiapkan menu untuk makan siang.

"Tanya apa, Alisa?" Tanya Ibu Alisa kembali, sambil meletakkan piring di meja makan di depan Alisa.

"Begini bu, Ibu tahu Twitter gak?" Tanya Alisa sambil mengambil sendok di ujung meja makan.

"Twitter? Tahu. Memang kenapa, Alisa?" Tanya Ibu lagi.

"Jadi, teman Alisa semuanya sudah punya Twitter, bu. Ibu bisa tolong ajarkan Alisa cara membuat Twitter dan menggunakannya di handphone? Teman Alisa udah download-in Twitter-nya di handphone Alisa."

"Oh... Bisa kok, Alisa. Setelah kita makan, Ibu ajarkan caranya, ya?" Ucap Ibu Alisa sambil mengambilkan lauk untuk Alisa. Alisa pun mengangguk setuju, lalu memakan makan siangnya.

Setelah makan, Ibu dan Alisa pergi menuju ruang tamu dan duduk di sofa yang besar.

"Handphone Alisa mana, sayang?" Tanya Ibu kepada Alisa.

"Ini, Bu. Bagaimana cara memasang gambar Alisa di Twitter-nya, Bu?" Tanya Alisa sambil memberikan handphone-nya kepada Ibu.

"Begini caranya. Jadi Alisa pertama-tama tekan dulu ini, lalu tekan ini. Dan tekan ini, lalu pilih foto yang ingin Alisa jadikan profil. Jangan foto orang lho, harus foto Alisa. Lalu tekan ini. Jika ingin memasang header, tekan ini lalu ini. Dan pilih foto yang kamu suka, bisa berupa foto kamu atau foto apa saja. Untuk background-nya, Alisa tekan ini. Lalu pilih background yang Alisa sukai disini. Jika Alisa ingin memasang foto sendiri boleh saja, tekan yang ini. Nah, untuk profil, header, dan background sudah." Jelas Ibu panjang lebar sambil menunjuk icon-icon yang harus di tekan Alisa.

"Kalau ingin menambah followers, bagaimana Bu?" Tanya Alisa sambil menggaruk kepalanya yak tidak gatal.

"Untuk menambah followers, Alisa bisa follow semua teman-teman sekolah Alisa, lalu berikan mention kepadanya. Misalnya Alisa ingin follow Ibu, Alisa search dulu Username Ibu disini, lalu tekan icon ini. Setelah itu muncul profil Ibu, dan Alisa tekan ini. Untuk memberikan mention, Alisa tekan ini dan ketik 'Follback, Bu.'. Alisa tidak perlu mengetik nama Alisa karena nanti di notif Twitter Ibu akan ada nama Alisa sendiri." Jelas Ibu sambil mempraktikkan penjelasannya.

"Oh... begitu. Itu bisa dilihat semua orang, Bu?" Tanya Alisa kembali.

"Bisa, Alisa. Jika Alisa ingin mengirim seperti mention tetapi tidak bisa dilihat semua orang, Alisa bisa tekan icon ini. Icon ini ada jika teman Alisa itu sudah follback Alisa. Jika belum di follback, tidak akan ada icon ini di profilnya. Ini dinamakan Direct Messages atau bisa disingkat DM." Jelas Ibu.

"Ohh... begitu Bu. Terima kasih ya, Bu. Sudah mengajari Alisa cara bermain Twitter!" Ucap Alisa tersenyum manis kepada Ibunya itu.

"Sama-sama, Alisa. Nanti kalau ada yang membuat Alisa bingung, tanyakan saja pada Ibu." Kata Ibu yang juga tersenyum manis kepada Alisa.

"Sudah ya, Bu. Alisa mau main Twitter dulu di kamar. Terima kasih, Bu!" Alisa pun pergi dari ruang tamu, dan menuju kamarnya.

***

Esoknya, Alisa bangun pagi-pagi sekali. Sekitar jam 04.30 dia bangun. Dia segera mandi dan memakai seragam sekolahnya. Seperti biasa, dia mengenakan kunciran rambut yang berwarna biru muda. Setelah semua sudah siap, dia segera menggendong tas birunya dan keluar dari kamarnya untuk sarapan pagi.

"Selamat pagi, Ibu! Hari ini sarapannya apa, Bu?" Tanya Alisa lalu duduk di samping Nisa, adik kandungnya.

"Sarapan hari ini roti selai coklat dengan coklat panas, seperti kemarin." Jawab Ibu lalu memberi Alisa sepiring roti selai coklat dan segelas coklat panas yang masiiiiih..... hangat.

"Ayah mana, Bu?" Tanya Nisa kepada Ibu.

"Sudah berangkat duluan, katanya disuruh datang lebih pagi," Jawab Ibu lalu memakan roti selai coklatnya.

Setelah selesai sarapan, Alisa dan Nisa pamit pergi ke sekolah kepada Ibunya, dan segera berangkat dengan mengendarai sepeda.

Sampai di kelas...

"Assalamu'alaikum, Dira!" Kata Alisa menyapa Dira yang sedang memegang buku tulis.

"Wa'alaikumussalam, Alisa. Sini-sini, duduk di sebelahku." Ajak Dira. Alisa pun duduk di sebelah Dira.

"Itu buku tulis apa, Dir?" Tanya Alisa menunjuk buku tulis Dira.

"Ini? Ini buku tulis IPS. Aku ingin bertanya salah satu soal dari tugas yang diberi Bu Rahma kemarin, tetapi langsung datang kamu. Oh iya, kamu sudah mengerjakan tugas Bu Rahma?" Tanya Dira.

"TUGAS IPS!? Astagfirullah, aku belum mengerjakannya! Aku Lupa! Bagaimana ini, Dira......." Kata Alisa khawatir, takut dihukum Bu Rahma.

"Belum mengerjakan? Yah... kamu sih. Memang tadi malam kamu sedang apa? Mengapa bisa sampai lupa?" Tanya Dira.

"Tadi malam... Oh iya, tadi malam aku main Twitter." Kata Alisa sambil menepuk kepalanya.

"Gara-gara main Twitter? Ya Allah, Alisa..." Dira menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bagaimana ini, Dira... Duh, nanti pasti aku dihukum sama Bu Rahma!"Kata Alisa gelisah.

"Sudah sudah jangan pesimis dulu, berpikiran optimis saja. Jangan terlalu dipikirkan." Ucap Dira menenangkan Alisa.

Saat pelajaran IPS dimulai...

"Daniar Fitri Zakiya."

"Dira Fauziyah."

Daniar dan Dira maju ke depan dan mengumpulkan tugasnya.

Setelah beberapa nama dipanggil...

"Faziya Alisa Al-Husna."

Alisa maju ke depan tidak membawa apapun.

"Alisa, kamu belum mengerjakan tugasmu?" Tanya Bu Rahma dengan lembut.

"Belum, Bu. Saya lupa." Jawab Alisa singkat dan menundukkan kepalanya.

"Yasudah tidak apa-apa. Duduk kembali dan kerjakan tugasnya, halaman 34-35." Perintah Bu Rahma. Alisa kembali duduk dan sangat bersyukur karena tidak dihukum Bu Rahma. Ia segera mengerjakan tugas yang diberi Bu Rahma dengan baik.

Pulang sekolah, Alisa menceritakan kejadian itu kepada Ibu.

"Makanya Alisa, lain kali jangan terlalu lama bermain Twitter. Jadi lupa deh, tugas IPS-nya. Mulai sekarang, kalau bermain Twitter hanya boleh di hari libur dan itupun tidak boleh terlalu lama. Mengerti, Alisa?" Jelas Ibu sekalian bertanya kepada Alisa.

"Mengerti, Bu." Jawab Alisa dengan lemas.

Dan mulai saat itu juga, Alisa hanya bermain Twitter di saat hari libur dan tidak terlalu lama. Tugasnya pun tidak ada yang tidak ia kerjakan.


~ S E L E S A I ~